Jikalahari menggandeng Green Radio Line melaksanakan kegiatan Workshop dan Fellowship dengan mengusung tema "Upaya Penyelamatan Hutan Alam Riau dan Akses Ruang Kelola Hutan bagi Masyarakat", untuk para jurnalis Riau Kamis, (15/06/2025) di Hotel Pangeran Pekanbaru.
16 jurnalis mengikuti kegiatan yang dimulai sejak pukul 09.30 Wib hingga sore harinya pukul 17.00 Wib. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Rafzamzali, Koordinator Program Green Radio Line yang juga Direktur Yayasan Suara Hijau Kita. Zali, panggilan akrabnya, bak membawakan sebuah program acara di Green Radio Line, berisi dan berwawasan lingkungan. Zali membuka kegiatan dengan bersahabat memberi kesempatan peserta yang didominasi jurnalis senior, untuk memperkenalkan diri masing -masing dan menyampaikan motivasi keikutsertaan dalam kegiatan.
Devi, jurnalis dari Media News 24, "Selama ini saya membuat berita tentang perusahaan HTI dan Perkebunan di Riau, ingin belajar untuk memperdalam isu lingkungan," akui Devi. Sementara itu peserta lain, Ikhsan, jurnalis freelance, mengaku, "Tidak pernah membuat berita lingkungan, ia tertarik mengikuti karena menyadari suhu di Riau makin panas akibat pembabatan hutan," tambahnya. beberapa, diantara peserta lainnya jurnalis yang sudah terbiasa memberitakan isu lingkungan seperti Rachdinal dari Sabang Merauke News dan Malik dari Tangkasi.id.
Kegiatan ini menghadirkan 3 (Tiga) pemateri yang sudah ahli dibidangnya :yakni Okto Yugo Setyo – Koordinator Jikalahari, Made Ali – Senior Expert Bidang Lingkungan, Andi Fachrizal/Daeng – SIEJ.. Okto Yugo Setyo, Koordinator Jikalahari, sebagai pemateri awal, mengatakan "Jikalahari baru saja menyelesaikan laporan hasil pemantauan koorporasi HTI di 11 provinsi di Indonesia, kerja bareng dengan Walhi Riau". Dalam kesempatan itu, kata Okto, "Kita memiliki data dasar terkait hutan alam, dari citra satelit, dari situ "kelihatan di mana ada bukaan, baru kita kunjungi ke lapangan". "Di sana kita juga bisa lihat di dalam konsesi, lalu kita cek ke lapangan pola penebangan, pembuatan kanal, alat-alat yang digunakan."jelas Okto
Kemudian pemateri berikutnya, Made Ali, ahli bidang hukum lingkungan. Salah satu laman presentasinya tentang Perkembangan kebijakan pemulihan LHK, hutan sosial, penegakan hukum, evaluasi perizinan, dan hak masyarakat adat tahun 2014–2023. Made menyebutkan, "Ada tiga perusahaan dalam sejarah Indonesia, mengganti rugi atas kasus pengrusakan lingkungan antara lain, PT JJP Rp491 miliar, PT NSP Rp1 triliun, dan PT MPL Rp16,2 triliun. namun ketiga perusahaan tersebut tidak dapat dieksekusi oleh penegak hukum," jelas Made..
Di pertengahan kegiatan menuju pukul 12.00 teng, peserta diberikan kesempatan break untuk makan siang dan ibadah. Kegiatan dilanjutkan kembali satu jam berikutnya. Kali ini masuk penyajian berita soal lingkungan sebelum dimulai, diselingi ice breaking, dari personel GRL, Livia Collins. Pemateri ketiga berikutnya adalah Andi Fachrizal, yang juga menjabat sebagai pengawas The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), berdomisili di Pontianak. Dikenal dengan nama Daeng di kalangan jurnalis, ia juga merupakan founder Kolase.id, media daring asal Pontianak. Slide materi presentasinya berjudul Mengemas Laporan Investigasi. Daeng mengawali materi dengan karya terbarunya tahun 2024.para jurnalis disuguhkan teaser. Kata Daeng, "Sebuah teaser, itu cuplikan tayangan video yang panjang sebenarnya, bisa dua jam kalau tidak salah, kita cuplik," tambah Daeng, Supaya bisa dipahami publik secara luas," dengan dialek khas negeri asalnya. Video berjudul Melawan Penjagal Hutan Kalimantan, Ia memberikan gambaran tentang apa yang ia lakukan dalam aktivitas jurnalistiknya.dan membagikan cerita pengalamannya dalam memproduksi karya investigasi kolaborasi 6 media.
Pada sesi penjelasan fellowship, Founder Green Radio Line, Sari Indriaty, menyampaikan ketentuan fellowship. Kesempatan tersebut digunakan Sari untuk mengatakan bahwa ia bersama timnya sering mengikuti fellowship yang ada di Indonesia. "Jujur, Green Radio Line, saya bersama timnya pemburu fellowship," dengan riang Sari menyampaikan hal tersebut Ia menambahkan, "karena pasca-COVID sudah tidak yakin adanya kerja sama iklan untuk media seperti terdahulu." Sari juga menyelipkan ucapan terima kasih kepada Jikalahari, NGO yang sudah bergandeng tangan selama ini dalam sebuah program. Sari lanjut menjelaskan tahapan Fellowship kepada peserta, deadline pengajuan proposal tanggal 20 Mei 2025 dan adanya komitmen kelak jika menjadi Jurnalis terpilih penerima pendanaan peliputan..Kesempatan berikutnya, Suryadi, Koordinator Redaksi Green Radio Line, menjelaskan bagaimana bentuk detail proposal pengajuan fellowship untuk pendanaan liputan 5 (lima) juta rupiah masing-masing untuk 4 (empat) jurnalis terpilih.
Sampai waktu mendekati penghujung sore, giliran Arif Perdana personil GRL juga hadir untuk memberikan ice breaking.sebagai tanda berakhirnya kebersamaan dengan kegembiraan dilanjutkan foto bersama, sambil mengenakan t-shirt sebagai cenderamata.