Tidak dipungkiri lagi, banjir masih menjadi masalah utama Kota Pekanbaru. Bila hujan mengguyur dengan intensitas sedang hingga lebat dan dalam durasi cukup lama, sejumlah titik akan digenangi air. Tidak hanya ruas jalan, banjir juga menggenangi pemukiman.Sebab utama masalah ekologis itu adalah tidak berfungsinya saluran air atau drainase. Bahkan lebih fatal lagi karena penyempitan anak sungai hingga sungai besar yang semestinya mengatur tata air dari hulu ke hilir.
Masalah tersebut diungkapkan Muhammad Ikhsan, Akademisi Universitas Riau. Dia, mengatakan ada dua sungai utama yang menampung aliran air dari Pekanbaru. Sebelah selatan, Sungai Kampar dan utara Sungai Siak. Pembangunan menyebabkan semakin memperkecil aliran air. Termasuk limbah domestik dari Pekanbaru turut menambah beban pencemaran sungai dan mengakibatkan pendangkalan. Kata Ikhsan, Pemko Pekanbaru sebenarnya telah menyusun konsep dan perencanaan mengatasi masalah banjir, sejak lama. Ia berupa master plan peta aliran air di Pekanbaru. Tiap masalah telah diidentifikasi. Setidaknya ada 375 titik masalah dan 120 lokasi banjir yang akan diselesaikan. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pemimpin tim pelaksanaan di lapangan. Termasuk prioritas dan penanggungjawab penanganan juga sudah dibuat."Masalahanya gak gerak-gerak. Gemes lihat keadaan sekarang. Pekanbaru mestinya bisa dikelola dan dibenahi dengan baik," kata Ikhsan dalam spesial radio show Menuju Pilkada Ekologis yang ditaja Green Radio Line (GRL) Pekanbaru, Rabu 22 Mei 2024.
Akhir-akhir ini, Ikhsan sangat mudah ditemui. Wajahnya terpampang lewat spanduk di penjuru Pekanbaru. Dia menyatakan minat untuk berkompetisi dalam pemilihan Wali Kota Pekanbaru, 27 November mendatang. Banjir, salah satu isu yang diutarakannya pada publik saat ini.Sebagai pengajar teknik sipil, Ikhsan juga menyinggung persoalan transportasi massal di Pekanbaru yang belum begitu diminati masyarakat ibu kota Provinsi Riau ini. Dia bilang salah satu cara menarik minat masyarakat agar mau naik moda transportasi massal adalah dengan memperbaiki pedestrian.Pedestrian merupakan padanan dari transportasi umum. Keduanya satu kesatuan tak terpisahkan. Budayanya, setelah orang turun dari transportasi yang satu mereka biasanya akan berjalan kaki untuk pindah ke transportasi lain. Masalahnya, Pekanbaru dinilai juga belum ramah bagi pejalan kaki. Lagi-lagi, pedestrian adalah kunci agar orang suka jalan kaki.
"Kota maju ditinjau dari transportasi massal atau publik. Keuntungannya, mengurangi polusi, kemacetan dan efisiensi kebutuhan masayarakat, kecepatan dan kenyamanan. Orang jadi sehat. Rumah sakit tidak menumpuk (pasien)," terang Ikhsan.Saat ini, Pemerintah Pekanbaru telah menyediakan layanan transportasi massal dalam kota berupa Trans Metro Pekanbaru. Untuk menunjang mobilitas masyarakat lebih cepat dan terjangkau, Ikhsan mengusulkan pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) dari Rimbo Panjang melewati tengah Kota Pekanbaru sampai Sekijang. Itu dimulai dari perbatasan Kampar dan Pelalawan. Kemudian disusul dari lintas Selatan, antara Minas dan Siak Hulu."Jejaring transportasi umum paling tidak melayani lingkup 500 meter. Kalau perlu ada lift untuk penyeberangan," kata Ikhsan yang juga mengutarakan kepeduliannya terhadap ruas jalan yang banyak rusak di Pekanbaru.
Masalah lain juga perhatian Ikhsan adalah soal sampah yang jadi pemandangan tidak mengenakkan, saban hari. Termasuk mengganggu bau di udara. Dia menekankan penyelesaian masalah ini pada pemerintah sebagi pihak paling bertanggungjawab. Seperti penyediaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang masih jauh dari jumlah cukup. Sebab itu, sebagian masyarakat kerap buang sampah sembarangan karena tidak tersedianya fasilitas tersebut. Padahal pemenuhan TPS kunci untuk pemberian sanksi pada orang-orang yang tetap membandel.Masalah ekologis yang diutarakan Ikhsan masih sebagian dari banyaknya persoalan lingkungan yang terus terjadi di Pekanbaru.
Wakil Koordinator Jikalahari, Okto Yugo Setiyo, mengatakan Pekanbaru juga tidak lepas dari polusi asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Apalagi, sebagian wilayah Pekanbaru juga rawan karhutla dan sering terpantau titik panas. Selain itu, Pekanbaru juga masih minim Ruang Terbuka Hijau (RTH). Paling penting juga, masalah ketahanan pangan. Sebab, Pekanbaru masih bergantung sumber kebutuhan dapur dari provinsi tetangga, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Bila terjadi gangguan alam yang menyebabkan terputusnya jalur transportasi dua daerah, sudah barang tentu menghambat penyaluran barang. Alhasil jadi langka dan harga pun meningkat.
Direktur Vox Institut, Albion Zikra, juga mengingatkan bahwa isu dasar Pekanbaru adalah tentang kemiskinan dan pengangguran. Dua hal ini tidak banyak disuarakan oleh para bakal calon Wali Kota Pekanbaru yang sudah mulai menampakkan muka di sejumlah tempat yang kerap dilalui masyarakat. Walau banjir, sampah dan jalan adalah isu yang ada dalam kehidupan sehari-hari, tapi dinilai hanya menyasar kalangan menengah ke atas.
Senada, Melani Aulia, mewakili generasi millenial, mengungkapkan pengangguran jadi tantangan baru bagi anak-anak muda seusianya. Mereka terhimpit dengan kenyataan lapangan dan tuntutan pemerintah. Misal, batas usia penerimaan pekerjaan oleh perusahaan, saat ini, adalah 25 tahun. Sementara pada rentang itu mereka masih menempuh pendidikan. Belum lagi masalah nepotisme dan upah rendah."Ada jok, kalau mau kerja di Indonesia harus jadi Superman. Tapi harus rela dibayar murah. Akhirnya, anak muda banyak terlibat pinjol (pinjaman online) atau jadi konten kreator tapi tidak mendidik," ucap perempuan yang baru saja menyelesaikan studi hukum di salah satu kampus ternama di Jakarta.
Melani, mengingatkan Ikhsan untuk memberi perhatian pada budaya literasi dengan mengaitkan pada lingkungan. Caranya membangun taman literasi. Ini juga bagian dari RTH yang dapat diakses publik. Plus tujuan wisata alam dalam kota yang selama ini jadi keresahan generasi millenial karena selalu bingung mencari tempat bersantai. Taman literasi juga diharapkan jadi wadah anak muda menunjukkan ekspresi dan kemampuannya. Sekaligus meningkatkan budaya kritis terhadap informasi.
Akademisi Kebijakan Publik, Universitas Islam Riau, Septian Wahyudi, mengatakan pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah menyangkut kepentingan masyarakat dapat berjalan apabila pemerintah menerapkan fungsi pelayanan dan pemberdayaan. Di samping itu, implementasi kebijakan bergantung pada sumber daya manusia.
Ikhsan tidak menampik komentar dan saran masyarakat sipil tersebut. Menurut dia, tiap persoalan di tengah masyarakat memang diperlukan relasi antara pemerintah dengan masyarakat langsung. Begitu juga mengenai kebutuhan generasi muda, saat ini. Keberadaan mereka diperlukan membantu pemerintah menyelesaikan persoalan, termasuk lingkungan, dengan keahlian mereka menguasai teknologi.*Redaksi
Spesial Radi Show terselenggara berkat kerjasama Green Radi Line (GRL) Pekanbaru dan Pangeran Hotel.