Newsroom    29 April 2025

Dilema Pasokan Listrik Masyarakat Adat di Riau Untuk Energi Bersih (Bagian II)

Juru kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau, Ahlul Fadli, menanggapi keberlanjutan energi bersih, bagian persoalan transisi energi saat ini, Ahlul menyebutkan khususnya Provinsi Riau “Transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan saat ini masih lebih banyak difokuskan untuk sektor industri” ia menyebutkan “Di beberapa wilayah Riau, penyediaan energi terbarukan belum disiapkan secara menyeluruh”,

Ahlul menyebutkan pada saat tengah berada di Rumah Gerakan Rakyat Walhi Riau Jl. Belimbing Pekanbaru. Menurutnya “Perlu keterlibatan masyarakat dalam menentukan sumber energi yang sesuai dengan potensi lokal, jika desa memiliki potensi air atau angin, maka seharusnya energi yang disediakan disesuaikan dengan potensi tersebut”, Jelas Ahlul.

Ia menambahkan persoalan masyarat adat yang hidup disekitar Kawasan hutan, untuk mendapatkan energi bersih “Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan energi bersih harus dilakukan secara penuh dan aktif untuk mempertahankan tutupan kawasan hutan agar energi tetap berkelanjutan”ucapnya. Ia juga menekankan “Pentingnya diversifikasi sumber energi, tidak bergantung pada satu titik saja. dengan melihat potensi aliran Sungai Subayang yang deras, seharusnya dapat menjadi sumber energi alternatif. Pemerintah juga perlu menghitung ulang biaya pemeliharaan dan operasional”

Berdasarkan informasi dari laporan masyarakat adat di wilayah Suaka Margasatwa Rimbang Baling, yang kami terima, upaya untuk menghadirkan jaringan listrik PLN telah lama terhenti. Dari pantauan tim green dilapangan masih ada beberapa tiang Listrik yang masih  tertancap ditanah dan ada yang kondisi terguling. Hingga kini masyarakat adat Tanjung Beringin masih mengandalkan PLTS sebagai satu-satunya sumber energi. Aliran Sungai Subayang, yang berada dedalam Kawasan SM Rimbang Baling terlihat  sangat indah sungai  sebagai lalu  lintas desa satu satunya dikawasan tersebut, sangats memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi yang dapat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat setempat.

Heri Siswanto, fasilitator dari Yapeka, mengatakan, sejauh ini, energi bersih seperti PLTS sangat membantu warga dalam menjalankan kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Beberapa desa di kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling belum mendapat aliran listrik dari PLN. Yapeka, sejak 2015, telah bekerja bersama masyarakat di kawasan ini melalui program Integrated Tiger Habitat Conservation Program (ITHCP) dari Fase I hingga Fase III yang berakhir pada Desember 2024.

Menurut Heri“ Tantangan dalam penggunaan energi bersih memerlukan kerja sama antara Pemerintah Pusat, Daerah dan pihak swasta”. Heri menambahkan, “ Perlu ada kajian bersama agar kelestarian alam tetap terjaga” Desa-desa di Rimbang Baling memerlukan sinergi agar masyarakat mendapatkan akses energi yang memadai”jelas, Heri. Saat ini, meskipun kebutuhan listrik meningkat, ketersediaan energi masih sangat terbatas.

**Elsa ( Jurnalis GRL)

Liputan Khusus Renewable Energy diselenggarakan Oleh Greenfaith Indonesia dan Mosaic

Maton house blok D nomor 7 Jl Bakti VI, Kelurahan Tengkerang Barat
Phone: 082269559867
Copyright @2025. Green Radio Line